Minggu, 01 Januari 2012

Erotisme Candi SUKUH

Menelusuri kejayaan masa lampau di lereng barat Gunung Lawu...

Erotisme candi sukuh, situs bersejarah Candi Sukuh memang sudah sering terdengar. Dan akhirnya kesempatan untuk menapaki situs di lereng barat Gunung Lawu datang juga, Karanganyar siap ku jelajah.


Erotisme Candi SUKUH, Dengan mengendarai sepeda motor, start dari Jogjakarta, saya dan teman saya  meluncur ke karanganyar. Salah satu situs yang pertamakali kita kunjungi adalah Candi Sukuh. Candi ini terletak di lereng barat Gunung Lawu pada ketinggian 910 meter di atas permukaan laut, tepatnya di Desa Mberjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Akses menuju ke candi sukuh sudah relative bagus, jalan-jalan pegunungan yang berkelok dan menanjak menjadi sensasi tersendiri dalam perjalanan kali ini, belum lagi suguhan bukit-bukit indah di kanan kiri yang begitu memanjakan mata. Setelah kurang lebih 3 jam menggeber sepeda motor, tibalah kami di candi yang di kenal karena erotismenya itu. Hanya dengan membayar tiket masuk sepeda motor Rp. 1000,- langkah kaki kita sudah bisa menapaki candi sukuh.

Daftar Retribusi masuk area wisata :
Sepeda Motor                                      : Rp. 1000,-
Mobil Pribadi, Sedan, Jeep dsb.          : Rp. 5000,-
Colt, Station Wagon                            : Rp. 5000,-
Mini Bus & sejenisnya                          : Rp. 10.000,-
Bus & Sejenisnya                                 : Rp. 20.000,-

Butuh 1 jam lebih kamera saku ini menjepret, mengabadikan setiap sisi pahatan elok warisan nenek moyang kita, sembari menghirup udara segar di atas ngarai, di antara sawah dan pepohonan cengkeh.

Teras Pertama Candi

Pada teras pertama terdapat gapura utama. Pada gapura ini ada sebuah sangkala dalam bahasa Jawa yang berbunyi gapura buta abara wong. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah “Gapura sang raksasa memangsa manusia”. Kata-kata ini memiliki makna 9, 5, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1359 Saka atau tahun 1437 Masehi. (http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Sukuh)


Gapura pintu masuk candi di undakan pertama (tampak depan)


Relief lingga-yoni di dalam gapura pintu masuk



Tampak samping kiri

Yang unik di dalam gapura candi di atas adalah motif yang berada di lantai gapura, terdapat paduan lingga (penis)-yoni (vagina) dalam bentuk nyata. Gambaran ini diduga sebagai lambang kesuburan. Sepintas memang nampak porno, tetapi tentu saja bukan ini maksudnya. Sebab tidak mungkin di tempat suci yang merupakan tempat peribadahan terdapat lambang-lambang yang porno. Sebaliknya, relief lingga-yoni ini sesungguhnya sebagai Dewa Syiwa dengan istrinya (Parwati). Lingga-yoni merupakan lambang kesuburan. Relief tersebut sengaja di pahat di lantai pintu masuk dengan maksud agar siapa saja yang melangkahi relief tersebut segala kotoran yang melekat di badan menjadi sirna. (saat ini pintu masuk gerbang tersebut di pagari, untuk menjaga supaya tidak rusak terinjak-injak).

Teras kedua candi 
Gapura pada teras kedua sudah rusak. Di kanan dan kiri gapura yang biasanya terdapat patung penjaga pintu atau dwarapala, didapati pula, namun dalam keadaan rusak dan sudah tidak jelas bentuknya lagi. Gapura sudah tidak beratap dan pada teras ini tidak dijumpai banyak patung-patung. Namun pada gapura ini terdapat sebuah candrasangkala pula dalam bahasa Jawa yang berbunyi gajah wiku anahut buntut. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah “Gajah pendeta menggigit ekor”. Kata-kata ini memiliki makna 8, 7, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1378 Saka atau tahun 1456 Masehi. Jadi jika bilangan ini benar, maka ada selisih hampir duapuluh tahun dengan gapura di teras pertama!

Teras ketiga candi
Pada teras ketiga ini terdapat pelataran besar dengan candi induk dan beberapa relief di sebelah kiri serta patung-patung di sebelah kanan. Jika para pengunjung ingin mendatangi candi induk yang suci ini, maka batuan berundak yang relatif lebih tinggi daripada batu berundak sebelumnya harus dilalui. Selain itu lorongnya juga sempit. Konon arsitektur ini sengaja dibuat demikian. Sebab candi induk yang mirip dengan bentuk vagina ini, menurut beberapa pakar memang dibuat untuk mengetes keperawanan para gadis. Menurut cerita, jika seorang gadis yang masih perawan mendakinya, maka selaput daranya akan robek dan berdarah. Namun apabila ia tidak perawan lagi, maka ketika melangkahi batu undak ini, kain yang dipakainya akan robek dan terlepas.
Tepat di atas candi utama di bagian tengah terdapat sebuah bujur sangkar yang kelihatannya merupakan tempat menaruh sesajian. Di sini terdapat bekas-bekas kemenyandupa dan hio yang dibakar, sehingga terlihat masing sering dipergunakan untuk bersembahyang.
saatnya kita santai... Candi SUKUH

Pada bagian kiri candi induk terdapat serangkaian relief-relief yang merupakan mitologi utama Candi Sukuh dan telah diidentifikasi sebagai relief cerita Kidung Sudamala.
 Relief cerita Kindung Sundamala

Selain candi utama, patung-patung kura-kura, garuda serta relief-relief, masih ditemukan pula beberapa patung hewan berbentuk celeng (babi hutan) dan gajah berpelana. Pada zaman dahulu para ksatria dan kaum bangsawan berwahana gajah.
Lalu ada pula bangunan berelief tapal kuda dengan dua sosok manusia di dalamnya, di sebelah kira dan kanan yang berhadapan satu sama lain. Ada yang berpendapat bahwa relief ini melambangkan rahim seorang wanita dan sosok sebelah kiri melambangkan kejahatan dan sosok sebelah kanan melambangkan kebajikan. Namun hal ini belum begitu jelas. Kemudian ada sebuah bangunan kecil di depan candi utama yang disebut candi pewara. Di bagian tengahnya, bangunan ini berlubang dan terdapat patung kecil tanpa kepala. Patung ini oleh beberapa kalangan masih dikeramatkan sebab seringkali diberi sesajian.

Sebagian jeprat-jepret kami yang lain...








Nah, itu sepanjang cerita saya di candi sukuh...

Matahari mulai tergelincir, siang beranjak sore, setelah beristirahat dan puas menikmati eksotisme lereng barat gunung lawu yang erotis, kami beranjak melanjutkan perjalanan di seputaran karanganyar. Candi Cetho, Candi Kethek, Puri Saraswati segera menyusul ceritanya....



Tidak ada komentar: